Tuesday, May 21, 2013

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM INFORMASI


RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
*      Sistematika rancang bangun
Tahap perancangan SPK pada garis besarnya terdiri dari :
Ø  Penentuan tujuan perancangan
Ø  Tahap studi pendahuluan dan studi kelayakan
Ø  Tahap-tahap perumusan kebutuhan data input dalam kaitannya dengan pengembangan sistem informasi
Ø  Tahap perumusan kemampuan yang harus dipenuhi oleh SPK dan perlengkapan yang dibutuhkan
Ø  Tahap perancangan dan pengembangan SPK. Tahapan ini dilaksanakan secara interaktif, dimana penyempurnaannya dilakukan setelah melalui proses uji coba untuk mengetahui kelemahan-kelemahan pada rancangan SPK tahap awal.

 Tahapan Rancang Bangun :
·         Identifikasi Tujuan Rancang Bangun
·         Perancangan Pendahuluan
·         Perancangan Sistem

 
Analisis sistem
Urutan aktivitas yang dilakukan dalam fase analisis sistem adalah sebagai berikut.
a)      Mempelajari sistem yang ada; guna mengetahui kekuatan dan kelemahannya, untuk kemudian dijadikan sebagai pembanding bagi evaluasi terhadap alternatif-alternatif lainnya.
b)      Merumuskan Spesifikasi Sistem; sebelum mengembangkan alternatif SPK yang fleksibel, spesifikasi sistem yang diusulkan harus diidentifikasikan secara jelas.
Perancangan Konfigurasi Sistem
Beberapa pedoman penting yang harus ditetapkan dalam perancangan SPK, yaitu:
Ø  Kebijakan baru yang konsisten dengan tujuan SPK
Ø  Masukan data yang direncanakan
Ø  Metode dan prosedur baru
Ø  Data base yang terpelihara
Ø  Keluaran yang diperlukan
Ø  Pertimbangan Peralatan

Prosedur aktivitas perancangan tiap subsistem pada umumnya meliputi :
Ø  Penentuan masukan, file data (data base), keluaran, serta relasi diantaranya.
Ø  Perencanaan beberapa alternatif perancangan sistem melalui pendekatan modular (building block) atau yang serupa dengan itu, mencakup metode dan prosedur rinci.
Ø  Penyiapan diagram alir hubungan modular di antara masukan, file data (data base), metode, prosedur, dan keluaran dan sistem
Ø  Pendokumentasian perancangan akhir
Ø  Pemilihan perangkat pendukung (piranti lunak dan perangkat keras)
Ø  Implementasi

Pendekatan Perancangan Subsistem Dialog
dialog system-user dapat dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu :
a. Komunikasi antara pemakai dengan SPK
b. Komunikasi Peraga atau Representasi
c. Komunikasi Pemandu

Pendekatan Perancangan Subsistem Data Base
Konfigurasi Subsistem Data Base dibagi atas dua prosedur, yaitu subsistem data base dan subsistem ekstraksi data, dengan uraian sebagai berikut :
a. Subsistem Manajemen Data Base
Subsistem Manajemen Data Base berfungsi sebagai pengelola data base.
Fungsi-fungsi subsistem ini meliputi :
Ø  pemasukan data
Ø  penambahan data
Ø  perubahan struktur berkas data
Ø  modifikasi data
Ø  penghapusan data
Ø  penjabaran (list) data
Ø  sortir (urut) data
Ø  duplikasi berkas data
Ø  integrasi/agregasi berkas da
b. Subsistem Ekstraksi Data
Dengan adanya komponen ekstraksi data, file-file dari data base sumber dapat diorganisasikan guna menunjang analisis dan presentasi data yang dibutuhkan SPK.

Pendekatan Perancangan Subsistem Pemodelan
Model-model yang banyak digunakan dalam proses pengambilan keputusan dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
a. Model Matematika, yaitu model yang mempresentasikan sistem secara simbolik dengan menggunakan rumus-rumus atau besaran-besaran abstrak.
b. Model Informasi, yaitu model yang mempresentasikan sistem dalam format grafik atau tabel.
Konfigurasi SPK
Untuk menghubungkan antara satu komponen dengan komponen lain, dan memindahkan mekanisme pengendalian sistem dari suatu komponen ke komponen lain digunakan suatu modul komponen pengintegrasi atau component interface. Penghubung komponen dalam hal ini berupa subprogram (subroutine) yang ada pada setiap komponen sistem, berfungsi untuk membaca dan menulis parameter sistem dan memori. Parameter sistem ini juga mengidentifikasikan fungsi-fungsi pengendalian program dan alokasi memori.

PENGEMBANGAN SISTEM APLIKASI
Pendekatan Bottom-up
Pendekatan Bottom-up adalah suatu pendekatan klasik yang dikembangkan pada tahun 1960-an dan tidak menggunakan struktur modern.
Langkah-langkah pengembangan dan penerapan pendekatan bottom-up dalam pendekatan sistem adalah :
Ø  Mengumpulkan dan mengidentifikasikan dokumen dan laporan-laporan
Ø  Melakukan wawancara, membandingkan sistem sejenis dengan organisasi lain, dan mengidentifikasi tambahan data yang sudah terkumpul
Ø  Menghilangkan data yang tidak diperlukan

Ø  Pendekatan top-down digunakan untuk merancang sistem informasi yang menyeluruh, sedangkan pendekatan bottom-up digunakan untuk memenuhi kebutuhan nyata yang dibutuhkan pengambil keputusan.

Pendekatan Top-Down
Pendekatan top-down merupakan kebalikan dan pendekatan bottom-up.
Langkah-langkah pendekatan top-down adalah :
Ø   Menganalisis tujuan, hambatan, dan lingkungan
Ø   Mengidentifikasi kegiatan atau fungsi organisasi
Ø   Mengidentifikasi pengambilan keputusan
Ø  Mengidentifikasi jenis informasi yang dibutuhkan untuk setiap pengambilan keputusan
Ø  Mengelompokkan pengambilan keputusan dan kebutuhan informasi dalam subsistem dan modul
Ø  Menentukan prioritas pengembangan database

Pendekatan Business System Planning (BSP)
Pendekatan BSP dikembangkan berdasarkan metode yang berbasis proses atau process-based.
BSP merupakan suatu analisis dari kebutuhan informasi organisasi dengan cara melihat keseluruhan unit organisasi, fungsi, proses, dan elemen data.
Metode pendekatan BSP mampu menstabilkan prioritas aplikasi dalam database yang direncanakan.
Langkah yang ditempuh dalam metode ini adalah : mendefinisikan kebutuhan sistem yang efektif, kemudian dikembangkan dalam sistem fisik laporan, formulir, prosedur, dan program; dengan pembuatan rancangan sistem, program komputer, dan pengembangan prosedur.

Pendekatan Critical Success Factor (CSF)
Metode CSF cocok digunakan untuk menentukan kebutuhan informasi tingkat strategis, yaitu khususnya pada waktu mengembangkan sistem pelaporan manajemen, SPK, dan Sistem Pendukung Eksekutif (SPE). CSF merupakan sejumlah kecil tujuan-tujuan operasional yang mudah diidentifikasikan, dibentuk oleh industri, perusahaan, manajer, atau pengambil keputusan dan lingkungan yang dapat mempengaruhi keberhasilan perusahaan atau organisasi.
Prinsip dari metode ini ialah bahwa informasi yang dibutuhkan oleh organisasi ditentukan oleh beberapa faktor strategis yang bersifat kritis yang diketahui oleh para manajer puncak atau pengambil keputusan strategis. Sering pula CSF didefinisikan sebagai aspek/faktor yang mempengaruhi hidup matinya organisasi.
Pendekatan Process Procedure Oriented
Pendekatan berorientasi proses (process oriented) ini mendasarkan metodologinya pada kestabilan proses. Kestabilan proses yang dimaksud adalah adanya proses yang sudah tertentu, jelas, dan terdefinisi.
Secara singkat, pendekatan ini menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan dari proses-proses tertentu dan terdefinisi yang saling berinteraksi.
Pendekatan ini menghasilkan rancangan database yang digunakan oleh proses-proses tersebut. Deskripsi dari data-data ini disimpan dalam data dictionary.

Teknik Structured Specification sebagai Model Process-Oriented
Ada beberapa teknik yang menggunakan pendekatan berorientasi-proses. Salah satu di antaranya dikemukakan oleh Tom De Marco, yaitu Teknik Analisis Terstruktur, Structured Specification, yang secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut.
Ø  Teknik ini dikembangkan dengan berdasar pada analisis terstruktur untuk memecahkan masalah-masalah bisnis dan organisasi, diterapkan dengan memodelkan sistem yang ada, baik otomatis maupun manual, atau sistem yang diusulkan, dengan melakukan dekomposisi bertingkat (successive decomposition). Alat bantu yang dipergunakan adalah alat bantu grafis (diagram) dan teks dalam bahasa inggris dengan aturan tertentu, populer disebut structured English atau pseudo code, untuk memperlihatkan kebijakan-kebijakan pemrosesan dalam suatu sistem.

Tahapan dalam spesifikasi terstruktur ini, yaitu :
Ø  Pemodelan fisik sistem (saat ini atau usulan) yang diikuti validasi oleh user untuk memastikan akurasi model
Ø  Penarikan model logika dan model fisik yang ada. Model logika berpusat pada apa yang dikerjakan. Model fisik bersifat lebih detail (memasukkan infrastruktur yang berkaitan dengan teknologi) dan memaparkan bagaimana sistem bekerja (Martin, 1992)
Ø  Pembuatan model logika baru dengan cara memasukkan konstrain dan kriteria serta perubahan
Ø  Pembuatan model fisik baru mencakup infrastruktur/teknologi yang dibutuhkan dan definisi bagaimana sistem yang baru akan berop
Tahapan pembuatan model sebuah sistem saat ini atau sistem baru (usulan) melalui tahap-tahap berikut.
Ø  Pembuatan context diagram, yakni level yang tertinggi
Ø  Penguraian ke dalam maksimum 7±2 bidang aktivitas utama.
Ø  Penguraian satu-persatu aktivitas utama tersebut menjadi masing-masing maksimum 7±2 pada fungsi level yang lebih rendah.
Ø  Proses dekomposisi dilanjutkan terus hingga menghasilkan level yang semakin rendah dan data flow diagram, sampai tercapai proses yang disebut functional primitive.
Ø  Untuk tiap functional primitive, dibuat sebuah mini-specification yang menspesifikasikan kebijakan yang digunakan untuk menstransformasikan data input menjadi data output.
Ø  Jika model fisik menggunakan sebuah database atau ada tipe hubungan lain yang terjadi antara entri-entri dalam data store dengan yang lain; maka dibuat sebuah E-R (entity-relationship) diagram.

Dengan memanfaatkan perangkat permodelan tersebut, dapat dispesifikasikan hal-hal berikut Ruang lingkup, batas-batas, dan tujuan sistem
Ø  Asal dan tujuan semua data
Ø  Lintasan aliran data melewati sistem
Ø   Penjelasan terperinci tranformasi data yang digunakan oleh proses-proses
Ø  Komposisi dan semua data dan data store
Ø  Kaitan antara data store (jika ada)

Tahapan selanjutnya adalah mempelajari sistem dan sudut pandang yang lebih abstrak (logis).
Secara logis ingin diketahui tiga hal :
Ø  Esensi Sistem; proses dan data yang berkaitan dengan teknologi yang digunakan untuk mengimplementasikan sistem (infrastruktur) dan fungsi-fungsi esensial sistem
Ø  Event (peristiwa); yang ditanggapi sistem
Ø  Objek; yang disimpan sistem
Pada dasarnya ada empat buah aktivitas dalam sebuah sistem :
Ø  Aktivitas komunikasi antara proses-proses
Ø  Aktivitas administratif yang diperlukan karena dalam sistem ada syarat pemrosesan, ketidakefisienan, dan kekurangandalan (unreliability)
Ø  Aktivitas memori esensial data (essential memories) dalam berbagai cara.
Ø  Aktivitas tranformasi esensial data, mentranformasikan data input menjadi data output
Pendekatan Data/Object-Qriented
Pendekatan berorientasi-objek mengambil asumsi dasar bahwa data “lebih stabil dibandingkan proses yang mempergunakannya” (Embley et al., 1992). Pendekatan ini memang relatif baru dikembangkan dibandingkan empat pendekatan terdahulu.
Kegiatan kontrol (control activity) adalah kegiatan yang membatasi kegiatan penghasil dan penggunaan data, misalnya mencocokkan gaji dengan tarifnya. Mekanisme simpanan (storage mechanism) adalah file simpanan luar yang digunakan untuk mendapatkan data yang bersangkutan.
Pendekatan SADT
Ø  SADT, singkatan dan Structured Analysis and Design Technique. SADT merupakan metodologi pengembangan sistem terstruktur yang dikembangkan oleh D.T. Ross selama tahun 1969 sampai 1973. SADT kemudian didukung dan dikembangkan lebih lanjut oleh Soffech Corporation sejak tahun 1974.
SADT memandang bahwa suatu sistem terdiri dari dua hal, yakni :
Ø  Benda (objek, dokumen, data) dan
Ø  Kejadian/event (kegiatan yang dilakukan oleh orang, mesin, atau perangkat lunak).

Disamping itu, SADT juga menggunakan dua macam diagram, yaitu :
Ø  diagram kegiatan (activity diagram) yang disebut dengan actigrams (juga digunakan dalam pendekatan berorientasi-proses) dan
Ø  diagram data (data diagram) yang disebut dengan datagrams (juga digunakan dalam pendekatan berorientasi-data/objek)
SADT secara sederhana memanfaatkan kedua diagram yang dipergunakan dalam pendekatan baik yang berorientasi pada proses maupun yang berorientasi pada objek, yaitu actigrams dan datagrams.

SADT mempunyai kelebihan sebagai berikut :
Ø  Mudah dipelajari
Ø  Merupakan alat yang baik untuk digunakan sebagai komunikasi antara analis sistem dengan pemakai sistem selama proses pengembangan sistem.
Ø  Akan didapatkan dokumentasi rancangan sistem terstruktur
Ø  Dengan spesifikasi desain yang sama, kebanyakan perancang sistem akan menghasilkan solusi yang hampir mirip (Aktas, 1987)
 kekurangan yang ada pada SADT, antara lain :
Ø  Membutuhkan waktu dan personil yang lebih banyak untuk membuatnya
Ø  Metode ini hanya bagus untuk tahap analisis dan desain secara umum, sedang untuk desain rinci, analisis sistem harus menggunakan alat atau metodologi yang lain lagi.
Ø  dan analis sistem (Aktas, 1987)

1 comment:

  1. As claimed by Stanford Medical, It is really the SINGLE reason women in this country live 10 years more and weigh an average of 19 KG less than we do.

    (And actually, it has totally NOTHING to do with genetics or some secret-exercise and absolutely EVERYTHING related to "HOW" they eat.)

    P.S, I said "HOW", not "what"...

    Click on this link to uncover if this quick questionnaire can help you release your real weight loss potential

    ReplyDelete