RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG
KEPUTUSAN
Sistematika rancang
bangun
Tahap perancangan SPK
pada garis besarnya terdiri dari :
Ø
Penentuan
tujuan perancangan
Ø
Tahap
studi pendahuluan dan studi kelayakan
Ø
Tahap-tahap
perumusan kebutuhan data input dalam kaitannya dengan pengembangan sistem
informasi
Ø
Tahap
perumusan kemampuan yang harus dipenuhi oleh SPK dan perlengkapan yang
dibutuhkan
Ø
Tahap
perancangan dan pengembangan SPK. Tahapan ini dilaksanakan secara interaktif,
dimana penyempurnaannya dilakukan setelah melalui proses uji coba untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan pada rancangan SPK tahap awal.
Tahapan Rancang Bangun :
·
Identifikasi
Tujuan Rancang Bangun
·
Perancangan
Pendahuluan
Analisis sistem
Urutan aktivitas yang dilakukan
dalam fase analisis sistem adalah sebagai berikut.
a)
Mempelajari
sistem yang ada; guna
mengetahui kekuatan dan kelemahannya, untuk kemudian dijadikan sebagai
pembanding bagi evaluasi terhadap alternatif-alternatif lainnya.
b)
Merumuskan
Spesifikasi Sistem; sebelum
mengembangkan alternatif SPK yang fleksibel, spesifikasi sistem yang diusulkan
harus diidentifikasikan secara jelas.
Perancangan Konfigurasi Sistem
Beberapa pedoman penting yang
harus ditetapkan dalam perancangan SPK, yaitu:
Ø
Kebijakan
baru yang konsisten dengan tujuan SPK
Ø
Masukan
data yang direncanakan
Ø
Metode
dan prosedur baru
Ø
Data
base yang terpelihara
Ø
Keluaran
yang diperlukan
Ø
Pertimbangan
Peralatan
Prosedur aktivitas perancangan
tiap subsistem pada umumnya meliputi :
Ø
Penentuan
masukan, file data (data base), keluaran, serta relasi diantaranya.
Ø
Perencanaan
beberapa alternatif perancangan sistem melalui pendekatan modular (building
block) atau yang serupa dengan itu, mencakup metode dan prosedur rinci.
Ø
Penyiapan
diagram alir hubungan modular di antara masukan, file data (data base), metode,
prosedur, dan keluaran dan sistem
Ø
Pendokumentasian
perancangan akhir
Ø
Pemilihan
perangkat pendukung (piranti lunak dan perangkat keras)
Ø
Implementasi
Pendekatan Perancangan Subsistem
Dialog
dialog system-user dapat
dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu :
a. Komunikasi antara pemakai
dengan SPK
b. Komunikasi Peraga atau
Representasi
c. Komunikasi Pemandu
Pendekatan Perancangan Subsistem
Data Base
Konfigurasi Subsistem Data Base
dibagi atas dua prosedur, yaitu subsistem data base dan subsistem
ekstraksi data, dengan uraian sebagai berikut :
a. Subsistem Manajemen Data Base
Subsistem Manajemen Data Base
berfungsi sebagai pengelola data base.
Fungsi-fungsi subsistem ini
meliputi :
Ø
pemasukan
data
Ø
penambahan
data
Ø
perubahan
struktur berkas data
Ø
modifikasi
data
Ø
penghapusan
data
Ø
penjabaran
(list) data
Ø
sortir
(urut) data
Ø
duplikasi
berkas data
Ø
integrasi/agregasi
berkas da
b. Subsistem Ekstraksi Data
Dengan adanya komponen ekstraksi
data, file-file dari data base sumber dapat diorganisasikan guna menunjang
analisis dan presentasi data yang dibutuhkan SPK.
Pendekatan Perancangan Subsistem
Pemodelan
Model-model yang banyak digunakan
dalam proses pengambilan keputusan dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
a. Model Matematika, yaitu
model yang mempresentasikan sistem secara simbolik dengan menggunakan
rumus-rumus atau besaran-besaran abstrak.
b. Model Informasi, yaitu
model yang mempresentasikan sistem dalam format grafik atau tabel.
Konfigurasi SPK
Untuk menghubungkan antara satu
komponen dengan komponen lain, dan memindahkan mekanisme pengendalian sistem
dari suatu komponen ke komponen lain digunakan suatu modul komponen
pengintegrasi atau component interface. Penghubung komponen dalam hal ini
berupa subprogram (subroutine) yang ada pada setiap komponen sistem, berfungsi
untuk membaca dan menulis parameter sistem dan memori. Parameter sistem ini
juga mengidentifikasikan fungsi-fungsi pengendalian program dan alokasi memori.
PENGEMBANGAN SISTEM APLIKASI
Pendekatan Bottom-up
Pendekatan Bottom-up
adalah suatu pendekatan klasik yang dikembangkan pada tahun 1960-an dan tidak
menggunakan struktur modern.
Langkah-langkah pengembangan dan
penerapan pendekatan bottom-up dalam pendekatan sistem adalah :
Ø
Mengumpulkan
dan mengidentifikasikan dokumen dan laporan-laporan
Ø
Melakukan
wawancara, membandingkan sistem sejenis dengan organisasi lain, dan
mengidentifikasi tambahan data yang sudah terkumpul
Ø
Menghilangkan
data yang tidak diperlukan
Ø
Pendekatan
top-down digunakan untuk merancang sistem informasi yang menyeluruh, sedangkan
pendekatan bottom-up digunakan untuk memenuhi kebutuhan nyata yang dibutuhkan
pengambil keputusan.
Pendekatan Top-Down
Pendekatan top-down
merupakan kebalikan dan pendekatan bottom-up.
Langkah-langkah pendekatan
top-down adalah :
Ø
Menganalisis tujuan, hambatan, dan lingkungan
Ø
Mengidentifikasi kegiatan
atau fungsi organisasi
Ø
Mengidentifikasi pengambilan keputusan
Ø
Mengidentifikasi
jenis informasi yang dibutuhkan untuk setiap pengambilan keputusan
Ø
Mengelompokkan
pengambilan keputusan dan kebutuhan informasi dalam subsistem dan modul
Ø
Menentukan
prioritas pengembangan database
Pendekatan Business System
Planning (BSP)
Pendekatan BSP
dikembangkan berdasarkan metode yang berbasis proses atau process-based.
BSP merupakan suatu analisis dari
kebutuhan informasi organisasi dengan cara melihat keseluruhan unit organisasi,
fungsi, proses, dan elemen data.
Metode pendekatan BSP mampu
menstabilkan prioritas aplikasi dalam database yang direncanakan.
Langkah yang ditempuh dalam
metode ini adalah : mendefinisikan kebutuhan sistem yang efektif, kemudian
dikembangkan dalam sistem fisik laporan, formulir, prosedur, dan program;
dengan pembuatan rancangan sistem, program komputer, dan pengembangan prosedur.
Pendekatan Critical Success
Factor (CSF)
Metode CSF cocok
digunakan untuk menentukan kebutuhan informasi tingkat strategis, yaitu
khususnya pada waktu mengembangkan sistem pelaporan manajemen, SPK, dan Sistem
Pendukung Eksekutif (SPE). CSF merupakan sejumlah kecil tujuan-tujuan
operasional yang mudah diidentifikasikan, dibentuk oleh industri, perusahaan,
manajer, atau pengambil keputusan dan lingkungan yang dapat mempengaruhi
keberhasilan perusahaan atau organisasi.
Prinsip dari metode ini ialah
bahwa informasi yang dibutuhkan oleh organisasi ditentukan oleh beberapa faktor
strategis yang bersifat kritis yang diketahui oleh para manajer puncak atau
pengambil keputusan strategis. Sering pula CSF didefinisikan sebagai
aspek/faktor yang mempengaruhi hidup matinya organisasi.
Pendekatan Process Procedure
Oriented
Pendekatan berorientasi
proses (process oriented) ini mendasarkan metodologinya pada kestabilan proses.
Kestabilan proses yang dimaksud adalah adanya proses yang sudah tertentu,
jelas, dan terdefinisi.
Secara singkat, pendekatan ini
menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan dari proses-proses tertentu dan
terdefinisi yang saling berinteraksi.
Pendekatan ini menghasilkan
rancangan database yang digunakan oleh proses-proses tersebut. Deskripsi dari
data-data ini disimpan dalam data dictionary.
Teknik Structured Specification
sebagai Model Process-Oriented
Ada beberapa teknik yang
menggunakan pendekatan berorientasi-proses. Salah satu di antaranya dikemukakan
oleh Tom De Marco, yaitu Teknik Analisis Terstruktur, Structured Specification,
yang secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut.
Ø
Teknik
ini dikembangkan dengan berdasar pada analisis terstruktur untuk memecahkan
masalah-masalah bisnis dan organisasi, diterapkan dengan memodelkan sistem yang
ada, baik otomatis maupun manual, atau sistem yang diusulkan, dengan melakukan
dekomposisi bertingkat (successive decomposition). Alat bantu yang dipergunakan
adalah alat bantu grafis (diagram) dan teks dalam bahasa inggris dengan aturan
tertentu, populer disebut structured English atau pseudo code, untuk
memperlihatkan kebijakan-kebijakan pemrosesan dalam suatu sistem.
Tahapan
dalam spesifikasi terstruktur ini, yaitu :
Ø
Pemodelan
fisik sistem (saat ini atau usulan) yang diikuti validasi oleh user untuk
memastikan akurasi model
Ø
Penarikan
model logika dan model fisik yang ada. Model logika berpusat pada apa yang
dikerjakan. Model fisik bersifat lebih detail (memasukkan infrastruktur yang
berkaitan dengan teknologi) dan memaparkan bagaimana sistem bekerja (Martin,
1992)
Ø
Pembuatan
model logika baru dengan cara memasukkan konstrain dan kriteria serta perubahan
Ø
Pembuatan
model fisik baru mencakup infrastruktur/teknologi yang dibutuhkan dan definisi
bagaimana sistem yang baru akan berop
Tahapan pembuatan model sebuah
sistem saat ini atau sistem baru (usulan) melalui tahap-tahap berikut.
Ø Pembuatan context diagram, yakni level yang tertinggi
Ø Penguraian ke dalam maksimum 7±2 bidang aktivitas utama.
Ø Penguraian satu-persatu aktivitas utama tersebut menjadi
masing-masing maksimum 7±2 pada fungsi level yang lebih rendah.
Ø Proses dekomposisi dilanjutkan terus hingga menghasilkan level
yang semakin rendah dan data flow diagram, sampai tercapai proses yang disebut
functional primitive.
Ø Untuk tiap functional primitive, dibuat sebuah mini-specification
yang menspesifikasikan kebijakan yang digunakan untuk menstransformasikan data
input menjadi data output.
Ø Jika model fisik menggunakan sebuah database atau ada tipe
hubungan lain yang terjadi antara entri-entri dalam data store dengan yang
lain; maka dibuat sebuah E-R (entity-relationship) diagram.
Dengan memanfaatkan perangkat
permodelan tersebut, dapat dispesifikasikan hal-hal berikut Ruang lingkup,
batas-batas, dan tujuan sistem
Ø
Asal
dan tujuan semua data
Ø
Lintasan
aliran data melewati sistem
Ø
Penjelasan terperinci tranformasi data yang
digunakan oleh proses-proses
Ø
Komposisi
dan semua data dan data store
Ø
Kaitan
antara data store (jika ada)
Tahapan selanjutnya adalah
mempelajari sistem dan sudut pandang yang lebih abstrak (logis).
Secara logis ingin diketahui tiga
hal :
Ø
Esensi
Sistem; proses dan data yang berkaitan dengan teknologi yang digunakan untuk
mengimplementasikan sistem (infrastruktur) dan fungsi-fungsi esensial sistem
Ø
Event
(peristiwa); yang ditanggapi sistem
Ø
Objek;
yang disimpan sistem
Pada dasarnya ada empat buah
aktivitas dalam sebuah sistem :
Ø
Aktivitas
komunikasi antara proses-proses
Ø
Aktivitas
administratif yang diperlukan karena dalam sistem ada syarat pemrosesan,
ketidakefisienan, dan kekurangandalan (unreliability)
Ø
Aktivitas
memori esensial data (essential memories) dalam berbagai cara.
Ø
Aktivitas
tranformasi esensial data, mentranformasikan data input menjadi data output
Pendekatan Data/Object-Qriented
Pendekatan
berorientasi-objek mengambil asumsi dasar bahwa data “lebih stabil dibandingkan
proses yang mempergunakannya” (Embley et al., 1992). Pendekatan ini memang
relatif baru dikembangkan dibandingkan empat pendekatan terdahulu.
Kegiatan kontrol (control
activity) adalah kegiatan yang membatasi kegiatan penghasil dan penggunaan
data, misalnya mencocokkan gaji dengan tarifnya. Mekanisme simpanan (storage
mechanism) adalah file simpanan luar yang digunakan untuk mendapatkan data yang
bersangkutan.
Pendekatan SADT
Ø
SADT,
singkatan dan Structured Analysis and Design Technique. SADT merupakan
metodologi pengembangan sistem terstruktur yang dikembangkan oleh D.T. Ross
selama tahun 1969 sampai 1973. SADT kemudian didukung dan dikembangkan lebih
lanjut oleh Soffech Corporation sejak tahun 1974.
SADT memandang bahwa suatu sistem
terdiri dari dua hal, yakni :
Ø
Benda
(objek, dokumen, data) dan
Ø
Kejadian/event
(kegiatan yang dilakukan oleh orang, mesin, atau perangkat lunak).
Disamping itu, SADT juga
menggunakan dua macam diagram, yaitu :
Ø
diagram
kegiatan (activity diagram) yang disebut dengan actigrams (juga digunakan dalam
pendekatan berorientasi-proses) dan
Ø
diagram
data (data diagram) yang disebut dengan datagrams (juga digunakan dalam
pendekatan berorientasi-data/objek)
SADT secara sederhana
memanfaatkan kedua diagram yang dipergunakan dalam pendekatan baik yang
berorientasi pada proses maupun yang berorientasi pada objek, yaitu actigrams
dan datagrams.
SADT mempunyai kelebihan sebagai
berikut :
Ø
Mudah
dipelajari
Ø
Merupakan
alat yang baik untuk digunakan sebagai komunikasi antara analis sistem dengan
pemakai sistem selama proses pengembangan sistem.
Ø
Akan
didapatkan dokumentasi rancangan sistem terstruktur
Ø
Dengan
spesifikasi desain yang sama, kebanyakan perancang sistem akan menghasilkan
solusi yang hampir mirip (Aktas, 1987)
kekurangan yang ada pada SADT, antara lain :
Ø
Membutuhkan
waktu dan personil yang lebih banyak untuk membuatnya
Ø
Metode
ini hanya bagus untuk tahap analisis dan desain secara umum, sedang untuk
desain rinci, analisis sistem harus menggunakan alat atau metodologi yang lain
lagi.
Ø
dan
analis sistem (Aktas, 1987)
As claimed by Stanford Medical, It is really the SINGLE reason women in this country live 10 years more and weigh an average of 19 KG less than we do.
ReplyDelete(And actually, it has totally NOTHING to do with genetics or some secret-exercise and absolutely EVERYTHING related to "HOW" they eat.)
P.S, I said "HOW", not "what"...
Click on this link to uncover if this quick questionnaire can help you release your real weight loss potential